Selasa, 14 Mei 2013

Metil Prednisolon


FARMAKOLOGI :
metilprednisolone, suatu derivat semisintetik hormon korteks adrenal, kortisol. Methylprednisolone memiliki sifat glukokortikoid. Seperti umumnya glukokortikoid lain, methylprednisolone akan mempengaruhi metabolisme pada hampir seluruh jaringan. Pada kadar fisiologis, efek tersebut penting untuk mempertahankan homeostasis baik pada keadaan istirahat ataupun dalam keadaan stress, dan mengatur aktivitas sistem imun.

INDIKASI :
diindikasikan untuk mengobati keadaan sebagai berikut : Asma bronkial (disaat pengobatan dengan simpatomimetik atau teofilin, gagal mencapai hasil yang diinginkan atau adanya tanda hiperaktif bronkus), rhinitis alergika, urtikaria, eksema atau dermatitis, hipersensitif terhadap obat, demam rematik akut, rematik artikular dan muskular, anemia hemolitik,
trombopenia idiopatik, mieloblastik, limfogranulomatosis, kolitis ulseratif, sindroma nefrotik, penyakit kulit jenis pomfigus, lupus eritematosus, dermatomiositis.

KONTRA INDIKASI :
-
Hipersensitif terhadap metilprednisolone atau glukokorti-koid lain.
-
Pada infeksi jamur sistemik kecuali kalau telah diterapi dengan antiinfeksi yang spesifik.

PERHATIAN :

-
Hati-hati bila diberikan padapenderita hipertensi berat dan
insufisiensi jantung.

-
Pada penggunaan jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan
medis secara teratur (termasuk kemungkinan terjadinya katarak subkapsuler, meningkatnya tekanan intraokuler, aktivasi infeksi virus atau jamur pada
mata).

-
Pada pengobatan jangka panjang, sebaiknya dilakukan kontrol mata setiap 3 bulan.

-
Penderita diabetes yang sedang mendapat terapi Metilprednisolon,
sebaiknya melakukan pemantauan nilai gula darah.

-
Pemakaian pada wanita hamil jika benar-benar diperlukan.

-
Seperti kortikosteroid lainnya, pemberian 6-a-metilpredni- solone dapat menutupi gejala-gejala infeksi (masking effect). Setelah penggunaan jangka
panjang, penghentian pemberian obat harus dilakukan secara bertahap.

-
Pada penderita yang mengalami keadaan stress, dosis dapat
ditingkatkan.

-
Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui. -
Penderita yang diterapi dengan kortikosteroid dianjurkan tidak mendapat vaksinasi smallpox atau jenis imunisasi lain terutama dalam dosis tinggi,
untuk mencegah kemungkinan bahaya komplikasi neurologi.

-
Hati-hati penggunaan pada anak-anak dalam jangka panjang, karena dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

-
Penggunaan pada penderita TBC- laten atau Tuberculine Reactivity
perlu disertai pengawasan
cermat terhadap kemungkinan kambuhnya penyakit.

-
Dapat terjadi peningkatan efek kortikosteroid pada penderita hipotiroid dan sirosis.

EFEK SAMPING :

-
Efek samping yang timbul tergantung pada dosis dan lamanya pengobatan, glukokortikoid dapat menimbulkan reaksi seperti "moon face", deposit lemak, kelemahan otot, hipertensi, osteoporosis, penurunan
toleransi glukosa, diabetes melitus, gangguan sekresi hormon seksual, tukak peptik, penurunan pertahanan tubuh, terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak, glaukoma, katarak, trombosis dan pankreatitis.

-
Sistem saraf : sakit kepala, vertigo, kejang-kejang dan tekanan intra kranial meningkat disertai edema papil.

-
Gangguan elektrolit dan cairan tubuh.

-
Gangguan dermatologi dan imunologi.

-
Neuropsikiatri : ephoria, ketergantungan secara psikologi, mood-swing, depresi, perubahan kepribadian, insomnia, peningkatan tekanan intra
kranial dengan edema papil pada anak-anak (pseudotumor cerebri) biasanya setelah pengobatan dihentikan, psikosis, aggravasi schizophrenia, seizure.

-
Umum : leucocytosis, reaksi hipersensitif meliputi reaksi anaphylaxis, trombo-embolism, mual dan malaise.

INTERAKSI OBAT :

-
Pemberian bersama glikosida jantung dapat meningkatkan efek
glikosida.

-
Pemberian bersama diuretik dapat meningkatkan ekskresi kalium.

-
Glukokortikoid dapat menurunkan efek hipoglikemia dari zat antidiabetik dan efek antikoagulan dari derivat kumarin.

-
Penggunaan bersamaan dengan
siklosporin pernah dilaporkan terjadi konvulsi.

-
Penggunaan bersamaan dengan ketokonazol dan troleandromycin
dapat menghambat metabolisme serta menurunkan bersihan dari
metilprednisolone.

-
Obat-obat yang menginduksi enzim hati seperti Rifampicin, Rifabutin, Carbamazepin, Phenobarbitone, Phenytoin, Pirimidone dan
Aminogluthetimide dapat menaikkan metabolisme kortikosteroid, sehingga efek terapeutik methylprednisolon menurun.

-
Bersihan salisilat di ginjal dapat ditingkatkan oleh kortikosteroid dan penghentian steroid dapat menyebabkan intoksikasi salisilat. Salisilat & NAIDS harus digunakan dengan hati-hati bila dikombinasi dengan
kortikosteroid pada keadaan hipoprotrombinemia.

DOSIS :

Dosis awal : Anak-anak : 0,4 - 1,6 mg/kg BB/hari Dewasa : 4 - 48 mg/hari, tergantung
pada penyakit yang akan diobati.

* Penderita usia lanjut : pengobatan pada penderita usia lanjut khususnya bila digunakan jangka panjang harus direncanakan dengan seksama.
Sehubungan dengan konsekuensi serius dari efek samping umum
kortikosteroid pada usia lanjut khususnya osteoporosis, diabetes,hipertensi, kepekaan terhadap infeksi dan penipisan kulit.

* Anak-anak : pada umumnya, dosis untuk anak-anak harus berdasarkan
respon klinis dan menurut petunjuk dokter, pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum untuk jangka waktu yang pendek, jika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar