Selasa, 07 Mei 2013

TES URINE BISA TENTUKAN HARAPAN HIDUP


Urine yang selama ini
dijadikan indikator kesehatan ternyata
dapat membantu memprediksi harapan
hidup seseorang. Sebuah laporan dari
National Kidney Foundation's American
Journal of Kidney Diseases menunjukkan
adanya hubungan yang kuat antara
tingkat protein dalam urine (proteinuria)
dan risiko kematian.

Berdasarkan laporan tersebut, orang
sehat cenderung memiliki tingkat
proteinuria yang rendah. Hal ini
menandakan ginjal berfungsi dengan baik
sebagai organ yang menyaring protein
agar tetap ada di dalam tubuh. Protein
yang ikut terbuang menandakan ada
kerusakan tertentu yang menyebabkan
ginjal bocor.

"Laporan kami menunjukkan, proteinuria
tinggi bisa mengurangi angka harapan
hidup pada sebagian besar pria dan
wanita," kata peneliti Dr Tanvir
Chowdhury Turin dari University of
Calgary. Penelitian ini menggunakan 810
ribu sampel urine pasien yang tidak
diopname di Alberta, Kanada. Para
pasien juga tidak mempunyai riwayat
penyakit yang berhubungan dengan
ginjal.

Hasil penelitian menunjukkan, tingkat
proteinuria sedang sampai tinggi
menurunkan angka harapan hidup usia
30-85 tahun pada pria dan wanita. Pria
dan wanita usia 40 tahun tanpa
proteinuria memiliki harapan hidup 15,2
dan 17,4 tahun lebih lama dibanding
yang memiliki level proteinuria tinggi.
Wanita dan pria tanpa proteinuria juga
memiliki harapan hidup 8,2 dan 10,5
tahun lebih lama dibanding yang memiliki
level proteinuria sedang.

Pengujian proteinuria biasanya
menggunakan dipstick dan dapat
dilakukan di laboratorium mana pun.
Dalam kondisi sehat, biasanya masih
ditemukan proteinuria dalam jumlah
kecil. Jumlah proteinuria sedang sampai
besar menandakan adanya kesalahan
pada sistem penyaringan (glomeruli)
atau luka di area ginjal. Kondisi ini bisa
menjadi gejala penyakit
glomerulonephritis. Infeksi pada jalan
urine seperti cystitis atau pyelonephritis
juga menjadi penyebab tingginya level
proteinuria.

Dalam kondisi sehat, seseorang bisa
mengeluarkan proteinuria berkisar 0-8
mg/dL. Normalnya jumlah kecil protein
yang lolos masuk ke dalam ginjal mampu
kembali diserap tubuh. Hal ini mungkin
karena ginjal juga mengendalikan jumlah
protein dalam darah. Bila protein dalam
darah sudah terlalu tinggi, barulah
protein tersebut lolos dan bergabung
menjadi urine. Besarnya proteinuria yang
keluar ditandai urine yang berbusa
(foamy).

Makin besar proteinuria yang keluar,
semakin tinggi angka penanda pada
dipstick (penanda level urin). Angka 1+
diperuntukkan bagi proteinuria sebanyak
30 mg/dL atau setara kurang dari 0,5 g/
hari. Angka 2+ menandakan proteinuria
yang keluar adalah 100 mg/dL atau
setara 0,5-1 g/hari. Angka 3+ adalah
untuk proteinuria yang keluar sejumlah
300 mg/dL atau setara kurang dari 1-2 g/
hari. Angka tertinggi 4+ ditujukan untuk
proteinuria yang lebih dari 200 mg/dL
atau setara lebih dari 2 g/hari.

Sebelumnya, hanya diketahui hubungan
antara tingkat proteinuria dengan gejala
awal timbulnya penyakit yang berkaitan
dengan ginjal. Dengan adanya penelitian
ini, memungkinkan seseorang mengetahui
risiko langsung terhadap hidupnya dan
merencanakan langkah penyembuhan
sejak awal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar