KEP adalah keadaan kuran gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Laporan akhir tahun 2012, data Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat sebanyak 8 juta anak balita mengalami gizi buruk kategori “Stunting” yakni tinggi badan yang lebih rendah dibanding balita normal.
Dari data 23 juta anak balita di Indonesia, 8 juta jiwa atau 35% nya mengalami Gizi Buruk kategori Stunting, sementara untuk kasus gizi buruk tercatat sebanyak 900 ribu bayi atau sekitar 4,5% dari total jumlah bayi diseluruh Indonesia.
Gejala Klinis
Gejala klinis KEP atau gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai Marasmus, Kwashiorkhor dan Marsmus Kwashioskor. tanpa mengukur berat badan bila disertai oedem yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/gizi buruk tipe kwashiorkor.
Kwashiorkor
Seorang anak yang mengalami kekurangan asupan protein
- Edema, umumnya seluruh tubuh terutama pada punggung kaki (Dorsum Pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, dicabut tanpa rasa sakit, rontok
- perubahan status mental, apatis dan rewel
- Otot mengecil (Hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
- kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan perubahan warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Crazi Pavement Dermatosis)
- sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut, anemia dan diare.
Marasmus
Seorang anak yang mengalami kekurangan asupan karbohidrat (kalori)
- Tampak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng dan rewel
- kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak kelihatan ( Baggy Pant : seperti orang yang pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), diare kronik atau konstipasi (susah buang air besar).
Marasmik Kwarshiorkor
- Gambaran klinik yang merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marsmus.
Penatalaksanaan
Atasi Hipoglikemia (Gula Darah <54mg/dl)
- Berikan air gula dengan sendok (1 sdt gula dalam 50 ml air)
- Anak sadar berikan makan saring/cair 2-3 jam sekali
- Tidak sadar berikan 50ml “Bolus” Glukosa 10% IV Nasogastrik.
Atasi Hipotermi (<36,50C)
- Raba ekstremitas
- Hangatkan anak (metode kangguru),
- segera berikan makanan formula
Atasi kekurangan cairan (Dehidrasi)
- Berikan ASI
- Berikan Resomal 3 sdm setiap setengah jam
- Bila tidak dapat minum berikan infus glukose 5%+Nacl 1 : 1 ringer laktat
Atasi gangguan keseimbangan elektrolit
- Makanan tanpa atau rendah garam
- lanjutkan resomal atau pengganti 1 liter oralit + 1 liter air + 4 gram KCL + 50 gram gula
- makanan lumat atau lunak kaya mineral (Zn,Cu, Mangan, magnesium, kalium)
- Jangan obati oedema dengan pemberian Deuretik
Atasi infeksi :
- Berikan antibiotik kotrimoxazole 2x1 selama 5 hari dan Amoxycilin 3x1 selama 5 hari.
- Berikan vaksinasi campak
- Bila diare tidak berkurang Metronidazole 7,5 mg/Kg BB setiap 8 jam selama 7 hari :
Berat < 7 kg : 3 kali sehari x 1/4 tab (250 mg)
Berat > 7 kg : 3 kali sehari x 1/2 tab (250 mg)
Berikan makanan
- ASI
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktasi
hari 1-2 | tiap 2jam |
hari 3-4 | tiap 3 jam |
hari 5-7 | tiap 4 jam |
- Energi jangan lebih dari 1000 kkal/kgBB/Hari
- Protein 1-1,5 gr/KgBB/Hari
- Cairan 130 ml/kgBB/hari
- Pantau dan catat : Porsi makan, Berat badan, Frekuensi muntah, Frekuensi BAB dan Konsisten
Penuhi zat gizi mikro
- Fe mulai minggu kedua dosis pemberian tablet besi folat dan sirup besi
- vitamin A
Stimulasi sensorik dan dukungan emosional
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenagkan
- terapi bermain 15-30 menit/hari
- keterlibatan ibu rencana aktivitas fisik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar