Penggunaan obat masa kehamilan
Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janisn yang dikandungnya.resiko yang paling dikhawatirkan adalah timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nantinya, baik beruopa cacaat fisik maupun csdcat fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apalah manfaat dari penggunaan obat lebih besar dari pada resikonya, sehingga ibu dapat melahirkan yang sehat dan selamat.
Tidak ada obat secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan. Efek teratogenik tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja (malfomitas), tetapi juga pertumbuhan yang terganggu, karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis. Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat. Resiko paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik adalah pada masa trisemester I, lebih tepatnya minggu ketiga sampai dengan minggu ke delapan dimana sebagian besar organ utama dibentuk setelah minggu kedelapan jarang terjadi anomali struktur karena organ utama sudah terbentuk dalam fase ini. Pada trisemester II dan III, efek teratogenik lebih kepada kescacatan fungsional, contohnya penggunaan obat ACE inhibitor pada trisemester Iidan III akan menyebabkan hipotensi pada janin
Obat yang diberikan pada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta. Transfer obat melalui membran plasenta terjadi secara difusi pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transfer ini adalah : konsentrasi obat dalam darah ibu, aliran darah plasenta, sifat fisikokemia obat (berat molekul rendah, obat yang larut dalam lemak, non-polardan tidak ter ionisasi akan lebih mudah melewati membran plasenta ), hanya obat yang berada dalam bentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati membran plasenta
Penggolongan tingkat keamanan penggunaan obat pada wanita hamil berdasrkan FDA amerika serikat banyak dijadikan acuan dalam mempertimbangkan pengggunaan dalam praktik yaitu :
· Kategori A : penelitian terkontrol menunjukkan tidak ada resiko . penelitian terkontrol dan memadai pada wanita hamil tidak menunjukkan adanya resiko pada janin
· Kategori B : tidak ada bukti resiko pada manusia. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya resiko tetapi penelitian pada manusia belum memadai
· Kategori C : resiko tidak dapat dikesampingkan . penelitian pada manusia tidak memadai, penelitian pada hewan menunjukkan resiko atau tidak memadai
· Kategori D : resiko pada janin terbukti positif, baik melalui penelitian atau post-merketing study
· Kategori X : kontra indikasi pada kehamilan. Penelitian pada hewan atau manusia, atau data post marketing studymenunjukkan adanya resiko pada janin yang secara jelas merugikan dibanfingkan manfaat
Obat | Efek tereatogenik |
Metotreksat | Malformasi SSP, mata, telinga, tangan dan kaki |
Dietilstilbestrol | Kanker vagina |
Fenitoin | Cacat tabung saraf |
Thalidomide | Phocomelia |
Warfarin | Tulang rangka SSP |
Alkohol | Fetal alkohol syndrome |
Isotretidomide | SSP, craniofacial, jantung |
Tetrasiklin | Tulang, gigi |
Ace Inhibitor | Gagal ginjal, tengkorak |
Siklosfamid | Cleft palate, ginjal tidak berbentuk |
Golongan antibiotika berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu atau janin
Nama obat/golongan | Kategori (FDA) | Toksisitas |
Aminoglikosida : |
|
|
Gentamisin | C | Ototoksik, nefrotoksik |
Amikasin, Amikasin | D | Ototoksik, nefrotoksik |
Netilmisin, Kanamisin | D | Ototoksik, nefrotoksik |
Streptomisin | D | Kerusakan saraf cranial VIII |
Aztreonam | B |
|
Golongan Penicilin, Safalosporin | B |
|
Kloramphenicol | C | Gray-Baby Syndrom, terutama pada bayi prematur |
Klindamicyn | B |
|
Fluorokuinolon | C | Arthropathypada sendi penyangga berat badan |
Makrolid : |
|
|
Eritromisin Basa/Suksinat | B | Hepatotosik ireversibel pada ibu |
Eritromisin Estolat | B |
|
Azitromisin | B |
|
Klaritromisin | C |
|
Metronidazole | B | Animali bawaan, hindari penggunaan pada trismester I |
Nitrofurantoin | B |
|
Sulfonamid | B | Kernicterus, anemia hemolitik pada bayi baru lahir |
Tetrasiklin | D | Mengganggu pertumbuhan tulang, mewarnai gigi menjadi keciklatan, hypoplasia dan kerusakan pada email |
Trimetropin | C | Menghambat metabolisme asam folat |
Vankomisin | C | Ototoksik, nefrotoksik |
Golongan antihipertensi berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu dan janin
Nama Obat Dan Golongan | Kategori (FDA) | toksisitas |
Diuretik : |
|
|
Furosemid | C | Menurunkan perfusi jaringan |
Golongan Thiazid | D | Penggunaan golongan thiazid pada trisemester I meningkatkan resiko hipoglekemia, trombositopenia, hiponatremia, hipokalmia dan kematian pada janin/bayi akibat kompikasi pada ibu |
Metildopa | B | Merupakan obat pilihan |
Golongan Beta-Bloker Kecuali : | C - trismester I | Resiko teoritis penggunaan pada trisemester akhir : bradikardi, hipotensi dan hipoglikemia pada neonatus |
Atenolol | D – trismester II/III |
|
Golongan Calcium Chanel Blocker | C | Terapi lini kedua |
Goongan ACE Inhibitor | C – trismster I D – trismester II/III | Oligohidramnion, renal tubular dysgenesis,neonatal anuria, hypocalvaria, pulmonary hypoplasia, persisten patent ductus arteriosus, IUGR, IUFD |
Golongan Angiostensin-II Receptor Antagonis (AIIRA) | C – trismester I D – trismester II dan III | Diduga memiliki mirip dengan ACE inhibitor |
Prinsip peggunaan obat pada masa kehamilan
a. Sedapat mungkin hindari menggunakan obat terutama pada trsmester pertama kehamilan upayakan terapi non farmakologi
b. Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat dan resikonya
c. Hindari obat baru karena datanya masih terbatas
d. Pilih obat dengan profil keamanannya yang sudah diketahui
e. Utamakan monoterapy
f. Gunakan dengan dosis efektif yang terendah tetapi perlu juga diingat bahwa perubahan fisiologis ibu selama kehamilan mengubah farmakokinetika obat sehingga pada beberapa obat mungkin perlu peningkatan dosis untuk memeprtahankan kadar terapeutiknya
g. Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin
h. Hindari obat yang bersifat teratogen pada wanita usia produktif
i. Jika obat yang digunakan diduga kuat dapat menyebabkan kecacatan maka lakukan USG
Penggunaan obat herbal pada masa kehamilan
Penggunaan obat herbal semakin meningkat pesat dibanyak negara didunia. Dibanyak negara obat herbal peraturannya tidak seketat obat sehingga pemantauan efek sampingnya pun tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Tambahan pula tidak banyak laporan efek sampingnya yang dipublikasikan, akibatnya sulit untuk mendapatkan informasi mengenai efek samping obat herbal, khususnya pada penggunaan selama kehamilan.
Kita mungkin menganggap obat herbal adalah produk “alamiah” sehingga bebas dari resiko efek samping, namun kenyataannya penggunaan obat herbal pada masa kehamilan tidak sepenuhnya bebas dari resiko baik terhadap ibu maupun janin. Meskipun hubungan sebab-akibat dari laporan kasus yang dipublikasikan masih belum dapat dipastikan, sebaiknya kita waspada dan menganggap bahwa penggunaan obat herbal dikontraindikasikan selama kehamilan.
Penggunaan obat masa menyusui
Obat hanya digunakan jika diperlukan dan pengobatan tidak dapat ditunda. Faktor yang harus diperhatikan :
1. Pemilihan obat
· Pertimbangkan apakah obat dapat diberikan secara langsung dengan aman pada bayi
· Pilih obat yang sedikit melalui ASI dengan memprediksikan ratio-M/P paling rendah.
· Hindari formulasi obat yang long action (misalnya sustained release)
· Pertimbangkan rute pemberian obat yang dapat menurunkan ekskresi obat kedalam ASI
· Jika memungkinkan hindari penggunaan jangka lama
2. Waktu menyusui
· Hindari menyusui selama konsentrasi obat mencapai pncak plasmanya.
· Jika memungkinkan rencanakan menyusui sebelum pemberian dosis obat berikutnya
3. Pertimbangan lain
· Selalu mengamati bayi terhadap tanda-tanda yang tidak biasa atau gejala kliniknya (seperti : sedasi, iritasi,rash, menurunkan nafsu makan, kesukaran menelan)
· Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika resiko terhadap bayi lebih berat.
· Berikan pengetahuan yang cukup kepada pasien untuk meningkatkan pemahaman terhadap factor-factor yang beresiko.
Sumber : ISO Indonesia 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar